17 October 2006

United Colors of Benetton



Membaca judul dan melihat foto-foto di atas, pasti anda-anda para pembaca blogku bisa menebak maksudnya united colors of benetton itu apa...
Memang di foto-foto itu, seperti ada dua anak berbeda warna kulit (hihihi) yang satu "bule" dan yang satu "black" :p...the black kid yang lucu, imut-imut dan menggemaskan itu (taelah!) adalah anak saya tercinta, Raskadut! Sedang yang bule-bule nan ganteng itu, yang satu adalah Ferrel anaknya teman baikku Irma dan bule satunya lagi adalah Farrel, anaknya sepupuku.

Teruuus sehubungan dengan warna kulit Raska ini, tiap ketemu ma Raska, Eyang Yut (eyang putriku) selalu bilang, "wah sukur yo, Raska wis kuningan, nda kayak waktu bayi item sekali.." (hiks!)...Hmm tapii yang penting kan guanteeng, Yang! hehehe..*terang aja ibu ne sendiri sing muji hihihi*

Ohya, mengenai kehitaman kulit anakku ini, adikku sempat bilang, "Mbak, elo ketulah kali ma guee..lagian sih waktu hamil suka nyela-nyela gw item...". Hihihi memang sih, waktu hamil itu, nda tau kenapa saya merasa diri saya menjadi lebih terang kulitnya (mungkin karena melar kali yee...) dan suka banding2in tangan saya dengan tangan adik saya yang hitam hueheuehuehue...Piss De!

Yah begitulah cerita mengenai Raska yang sedikit gelap kulitnya...dan suka dikomentarin sama orang-orang sekitar tentang kegelapan kulitnya...Yah maklumlah orang Indo, pengennya kan berkulit putih seperti Wong Londo huehueheuehue...

16 October 2006

Heboh Nge-Blog!

Sejak Bunda Ferrel membuat blognya sekitar 2 mingguan yang lalu, segroup blogger di kantor ini yaitu De-ef, Mbak Shanti, bude Wiks ikutan heboh berblogging ria. Sebenernya sih De-ef dan Mbak Shanti sudah terlebih dahulu nge-blog, bahkan bisa dikatakan sebagai suhunya kita hehehe..Tapi tadinya blog-nya De-ef hanya untuk dirinya sendiri sedangkan Mbak Shanti ga pernah ngupdate blognya lagi...

Teruuus...Eike inget waktu pertama kali si Bunbun pengen buat blog..Awalnya dia suka baca-baca blognya almarhumah Mbak Inong yang enak banget dibaca dan dari situlah sepertinya si Bunbun terinspirasi membuat blog. Sampai suatu ketika, dia kurang lebih sempat bilang gini, "Ties, dulu kan gw suka banget nulis dan suka nulis-nulis puisi dan cerita..dan kalau ada pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah selalu excited. Hmm apa gw buat blog aja ya?!" dengan mata berbinar-binar hehehe...*serius Ma, mata lo berbinar-binar gitu waktu mendapatkan ide brilian itu hehehe!*

Yah sud..jadilah si Bunbun membuat blognya...dan benar sukses! cerita-ceritanya bagus-bagus dan lucu...saya termasuk salah satu pengunjung setia yang membaca-baca ceritanya ituu...

Dari situlah, awalnya eike ikut membuat blogku ini...dan karena Bundalah terjadi kebangkitan blog di kantor kita ini hehehehe...

Akhirnya...Sate Dombrut!

Menindaklanjuti postingan sebelumnya (taelah!), akhirnya tadi malam, saya, Didi dan Raska pergi Kemang Food Fest, untuk mencoba sate dombrut yang konon kabarnya enak itu...

Dengan pasti, kami menuju ke meja di depan Sate Dombrut, dan pesan satu porsi Sate Dombrut plus nasi. Tidak berapa lama datanglah, 10 tusuk sate dombrut dengan sepiring nasi plus satu piring isi kecap dan irisan bawang merah serta cabe rawit.

Pertama menggigitnya, nyes...very juicy..dan empuk...uenak! Potongan dagingnya bo..guade-guade...enak deh pokoknya!

Cuma ada satu kekurangannya, aksesoris satenya tidak banyak..maksudnya adalah irisan kol, dan tomat tidak ada sama sekali. Mungkinkah pada saat itu, sudah habis? saya tidak tahu juga...

Tapi overall sih..enak banget..dan patut untuk dicoba...

14 October 2006

Sate Kambing...nyam...nyam...

Beberapa hari yang lalu, saya baru membicarakan mengenai sate kambing dengan teman sekamar saya di kantor, Irma a.k.a Bunda Ferrel, dimana Irma baru saja memakan "Sate Dombrut" alias Sate Domba Garut yang dimiliki oleh Yuke, bassisnya DEWA yang berada di Kemang Food Festival. Menurut Irma, Sate Dombrut adalah sate kambing terenak yang pernah dia rasakan.

Sebagai seorang tukang makan segala, tentu saja saya pengin dong untuk ikut merasakan sate tersebut, rencananya sih saya akan mencoba sate itu week-end ini, tapi sepertinya sore ini kami (saya dan suami) tidak bisa merasakannya karena sudah ada rencana lain.

Well, aniweis, berikut saya akan membuat daftar sate kambing terenak yang pernah saya rasakan -berdasarkan urutan dari yang menurut saya paling enak sampai yang bukan paling enak :)- :

1. Sate Kambing Pak Gino, Jl. Sunda, Bandung.
Sate yang terletak tepat di pinggir pintu kereta api ini, menurut saya selain potongannya besar-besar, satenya juga empuk dan juicy...dan yang penting juga, sate ini tidak banyak lemaknya. Ohya, kambingnya pun juga tidak bau "prengus"...Pokoknya enak banget dehh..Tongsengnya pun juga uenak tenan..Pantas saja warung yang kalau buka hanya di malam hari ini, selalu ramai pengunjung...

2. Sate Kambing Pak Samin, Jl. Prof. Dr. Satrio, Jakarta.
Warung sate ini letaknya adalah sebelum Mal dan ITC Ambasador, tempatnya memang rada ke dalam, makanya harus hati-hati biar tidak kelewatan..karena kalau sampai kelewatan, bisa-bisa lama muternya karena muacetnya bukan main. Aniweis, kalau mengenai rasanya, menurut saya hampir-hampir sama dengan Sate Pak Gino, potongan-potongan dagingnya besar, empuk, juicy dan pasti enak. Harga 10 tusuk sate kambing pun menurut saya reasonable yaitu Rp. 20.000, karena dengan hanya 5 tusuk sate kambing dan 1 piring nasi saja, menurut saya sudah kenyang sekali.

3. Sate Kambing Pak Didi, di food court Mal Ambasador (food court yang ada KFCnya).
Bunda Ferrel-lah yang pertama kali merekomendasikan sate ini ke saya. Menurut saya, walau sate ini potongannya kecil-kecil tapi rasanya enak dan empuk. Pokoknya very recommended kalau lagi makan di food court Ambas, untuk mencoba sate ini!

Yap, sekian tiga tempat makan sate kambing yang menurut saya patut dicoba...ada masukan lain ga mengenai tempat makan sate kambing yang patut dicoba? :p

13 October 2006

Raska and His Friends


"Dek Raska...Dek Raska..., main yuukkk!" panggil Kakak Naya yang berdiri di depan pintu pagar rumah kami pada suatu sore. Raska bayi kecilku yang sedang bermain-main dengan saya, merangkak dengan cepat menuju pintu rumah karena mendengar namanya dipanggil. Iteng -pengasuhnya Raska- segera menggendong Raska keluar. Rupanya di luar sudah menunggu Naya bersama Revo adiknya dan juga pengasuhnya. Raska tertawa-tawa melihat teman-temannya. Iteng berkata,"Sebentar ya Kakak Naya, Raskanya mandi dulu!"...

Setelah mandi, Iteng segera memakaikan Raska baju yang menurut saya terlalu rapih untuk dipakai main di depan rumah :p. "Kayak mau ke mall, Teng!" kata saya...Iteng hanya tertawa dan menjawab, "Gak papa..biar gaya!"


Begitu Raska keluar, tidak hanya Naya dan Revo yang sudah menunggu, tapi sudah ada Nico, beserta kakak beradik Mara dan Rafa bersama pengasuh masing-masing.

Saya tidak menyia-nyiakan momen ini, saya ikut keluar dan jeprat-jepret sana-sini untuk mengabadikan balita dan batita itu bermain -tepatnya para batita duduk di strollernya masing-masing dan didorong oleh pengasuh-pengasuhnya :p-...Setelah itu rombongan kecil itu berjalan-jalan di sekitar rumah bersama para pengasuhnya yang mungkin sekalian rumpi-rumpi mengupdate keadaan anak asuhnya atau bahkan saling gosip-gosip sesama pengasuh ;)

Begitulah cerita sore bersama Raska and his friends! hihihi...

12 October 2006

Kedai De Jons Burger & Torry Coffee VS Warung Kopi WAFA

Suatu malam minggu saya dan suami berkunjung ke dua tempat tersebut di atas yang berlokasi di Jl. Tebet Utara III. Cuma bedanya yang satu terletak di ujung depan (Warkop WAFA) dan yang satu di ujung belakang (De Jons Burger & Torry Coffee).

Persamaan dari kedua tempat ini adalah tempat makan, nongkrong sekaligus "ngeceng" pemuda-pemudi Tebet dan sekitarnya.

Perbedaannya:
1. Jelas jenis makanan yang ditawarkan berbeda...
Kedai De Jons Burger & Torry Coffee menjual hamburger dan ice coffee khas negeri Paman Sam, sedangkan Warkop WAFA menjual indomie rebus, indomie goreng, roti bakar, pisang bakar, STMJ, dan es kopi ala Indonesia yang dimodifikasi gaya Londo (maksudnya ditambahin keju, susu kental manis atau kornet)
2. Harga makanan .... Warkop WAFA benar-benar warung yang murah meriah, hanya dengan Rp. 13.000, saya dan suami sudah bisa makan malam dengan kenyang dan puas! Sedangkan Kedai De Jons Burger & Torry Coffee, untuk ukuran kedai yang ada di pinggir jalan (baca: kaki lima) termasuk mahal karena kami harus menghabiskan uang kira-kira Rp. 60.000 untuk dapat makan dengan kenyang.
3. Perbedaan lain yang lumayan kentara adalah strata sosial dari pemuda-pemudi yang berkunjung untuk makan, nongkrong dan ngeceng di tempat-tempat tersebut. Kedai De Jons Burger & Torry Coffee didominasi oleh pemuda-pemudi bermobil, wangi dan gaya yang notabene adalah anak-anak dari orang berduit. Sedangkan, warkop WAFA didominasi oleh pemuda-pemudi yang berkendaraan sepeda motor atau bahkan naik angkutan umum dan tidak sekinclong pemuda-pemudi yang ada di Kedai De Jons Burger & Torry Coffee.

Wow, sungguh perbedaan yang mencolok...padahal dua tempat itu ada di jalan yang sama, dan keduanya merupakan kedai atau warung yang banyak dikunjungi orang serta lumayan membuat macet lalu lintas Jl. Tebet Utara III yang tidak besar itu ;)

taksi oh taksi...



Semua orang Jakarta dan sekitarnya tentu sudah tahu bahwa di kota Jakarta ini pada jam-jam sibuk (seperti jam berangkat kantor, jam makan siang, dan jam pulang kantor)muacetnya suka ga ketulungan, apalagi dengan adanya proyek pembangunan koridor busway-nya Gubernur DKI Jakarta yang terhormat Abang Sutiyoso a.k.a Bang Yos! Mau lewat jalan-jalan protokol sampai lewat jalan-jalan tikus manapun demi menuju tempat tujuan pasti akan ketemu yang namanya si Macet ini. Jadi tinggal pinter-pinter kita aja untuk cari-cari jalan bagaimanapun caranya biar sampai ke tempat tujuan lebih cepat.

Kemarin malam kebetulan saya mendapatkan suatu pengalaman yang menurut saya kurang mengenakkan hati saya (baca: mengesalkan). Kebetulan kemarin itu, saya ada undangan untuk datang ke ulang tahunan tante saya di daerah Blok S, Kebayoran Baru. Meluncurlah saya dengan mengendarai taksi burung biru dari kantor di Menara Imperium yang terletak di ujung Jl. H.R. Rasuna Said. Kemacetan sudah dimulai sejak di depan Departemen Kesehatan, saya pun sudah mengusulkan kepada si Bapak Taksi untuk lewat Balai Kartini. Pak Taksi dengan pedenya menjawab,"Tidak, Mbak. Sama saja lewat Balai Kartini macet juga!". Saya mengalah...Akhirnya sewaktu sampai di depan Hotel Gran Melia, saya mengusulkan untuk putar lagi untuk lewat Balai Kartini. Lagi-lagi usulan saya ditolaknya. Dan benarlah dugaan saya, lolos dari Kuningan, kita kembali bertemu dengan macet dan menyebalkannya si Bapak Taksi naik ke atas jalur busway, jadilah kami tak bisa pindah jalur yang lebih lancar untuk mencari jalan lain yang lebih lancar. Rasanya saya itu gooonnndoook banget karena perjalanan sampai ke tempat tujuan benar-benar ketemu yang namanya macet terus, dan yang membuat hati saya tambah gondok ialah karena sang supir tidak mau mendengarkan kata-kata saya dan juga argo menjadi mahal sekali karena harus bertemu macet terus-menerus sampai tempat tujuan.

Pengalaman tidak menyenangkan lagi dengan taksi burung biru terjadi siang ini, di saat saya kembali menuju kantor dari makan siang di Plaza Indonesia. Lagi-lagi supir taksi tidak mendengarkan omongan saya. Cuma bedanya, kali ini seakan-akan dia menghindari macet dengan mencari jalan yang lebih memutar sehingga membuat argo lebih mahal. Padahal setelah saya intip dari atas jembatan Kuningan, jalan Latuharhari yang konon menurut supir taksi macet, ternyata lancar saja tuh...

Dua pengalaman yang menurut saya tidak menyenangkan ini, sempat membuat saya berpraduga buruk kepada para supir taksi itu...yaitu sengaja mencari jalan lebih memutar atau jalan yang macet untuk mendongkrak argonya agar lebih mahal...

Hmm..apakah mungkin mereka mencari rezeki lebih dengan bermacet-macet atau berputar-putar? We never know...

10 October 2006

...semuanya bermula dari tanggal 5 Oktober 2003...





Merefer ke postingan sebelumnya, kalau dihitung-hitung dari masa awal pacaran dengan suami sampai sekarang sudah menghasilkan seorang Raska, tanggal 5 Oktober 2006 yang lalu adalah 3 tahun pertama masa pacaran saya dan suami. Mengapa begitu? Tanggal 5 Oktober 2003, kami pertama kali mengikrarkan diri untuk saling memadu cinta sebagai sepasang kekasih (taelahhh! :p) selanjutnya tanggal 25 Juli 2004, keluarga mertua saya datang ke rumah orang tua saya datang untuk melamar saya dengan tujuan untuk menikahi anaknya pada tanggal 5 Februari 2005. Tidak disangka-sangka, alhamdulillah sekali saya dan suami dikaruniai seorang Raska pada tanggal 27 November 2005.

Melihat step-step kehidupan keluarga kami di atas, dalam kurun waktu 3 tahun banyak sekali kejadian penting yang terjadi dalam hidup saya dan suami. Mengutip kata Baskoro (teman kami berdua), "suamimu itu memang speedy broadband, Ties!".

Semuanya memang terjadi cepat, bahkan kehamilan pertama saya pun sebenarnya kehamilan yang tidak direncanakan. Di awal pernikahan kami, kami memang sepakat untuk menunda kehamilan dulu, mengingat umur kami berdua yang masih relatif muda. Akan tetapi, yang namanya karunia dari Allah SWT, ternyata hanya dalam kurun waktu 1.5 bulan sejak ucapan ijab qabul terjadi, saya dinyatakan positif hamil 4 minggu! Memang awalnya saya sempat shock bahkan sempat berkaca-kaca waktu melihat hasil test pack yang positif...tetapi dengan dukungan suami, keluarga dan teman-teman terdekat, akhirnya saya dengan penuh syukur menerima kehamilan ini. Dan 9 bulan kemudian lahirlah Raska...Dan benar begitu pertama kali melihat Raska, saya benar-benar bersyukur bahwa saya bisa menikah di usia relatif muda dan langsung dikaruniai anak.
Mungkin ada benarnya ucapan salah satu boss saya ketika mendengar kehamilan saya,"wah, iseng-iseng jadi!"

Memang betul, pak..memang sepertinya iseng-iseng jadi hihihi.....

beda banget!


Kemarin malam, saya sempet blogwalking ke blog teman-teman saya sekaligus mencari inspirasi :p...salah satu tulisan teman baik saya, Ida, yang menulis mengenai Hamil: Trend Masa Kini (blognya Ida bisa dilihat di: http://dugongidae.blogspot.com/), sepertinya "kena" ke saya. Mengapa? Semua yang dikatakan Ida dalam blognya benar-benar terjadi ke saya...Awal tahun 2005, saya sempat memasang foto pre-wedding saya di Friendster, selanjutnya tahun 2006 ini disaat little Raska sudah lahir ke dunia, foto yang terpajang di Friendster adalah foto Raska...dan mungkin mengutip tulisan Ida, foto tahun 2007 adalah foto Posyandu?! hehehe..

Selanjutnya seperti yang dikatakan Ida, waktu rasanya cepat berubah, dahulu waktu jaman SMP atau SMA disaat hari-hari saya masih banyak dihabiskan dengan Ida untuk sekolah, cabut sekolah, ngeceng, belanja-belanji de el el, saya sama sekali tidak terpikirkan untuk menikah lumayan muda (saya menikah di saat umur saya belum genap 25 tahun). Salah satu khayalan bodoh kami adalah suatu hari nanti di saat kami sudah mapan (hmm berarti itu umur berapa ya kira-kira, Da?) akan pergi ke Paris, dimana di tepi Sungai Rheine sana, kami akan rebutan cowo yang saat itu kami "kecengin" di tempat les bimbel, dan yang akhirnya tidak mendapatkan cowo itu akan tercebur ke sungai...(ga tau juga yah kenapa dulu ngayalnya harus rebutan cowo di Paris ya, Da? Mending juga si cowo mau ma kita kekeke)...

Well, aniweis ngelantur terlalu jauh...saya benar-benar tidak mengira bahwa 10 tahun kemudian, kami memiliki jalan hidup yang berbeda...di usia saya yang relatif muda (26 tahun), saya sudah memiliki seorang suami dan seorang anak laki-laki sedangkan teman saya ini sudah berhasil meraih gelar S2 dari universitas terkenal di luar negeri dengan beasiswa dan baru saja keterima kerja di salah satu lembaga PBB (sepertinya yang bakalan ke Paris duluan Ida nih, secara dia kerja di PBB :p).

Siapa yang ngira ya bisa seperti ini...padahal dulu kita berdua hanyalah dua gadis yang masih "culun-culun" dan suka ngayal-ngayal hal-hal yang tidak jelas hehehe...(seperti yang terlihat pada foto yang terattached pada postingan ini :D)

09 October 2006

piku...piku...

Sewaktu harus memasukkan nama blog baru ini, yang terbersit dalam pikiran saya hanyalah kata pikupiku. Mengapa pikupiku? Pikupiku memang bukanlah kata dalam bahasa manapun, mau dicari ke dalam kamus bahasa Indonesia maupun kamus lain dalam bahasa apapun juga, pikupiku itu tidak ada artinya. Tetapi bagi keluarga kecil kami, pikupiku adalah bayi kecil mungil yang sekarang sudah mulai tumbuh menjadi bayi laki-laki berumur 10.5 bulan yang sudah banyak tingkah polahnya alias "banyak maunya" bernama Raska. Suami sayalah yang pertama kali membuat kata pikupiku itu...menurutnya, "kayaknya enak aja ngomong pikupiku ke Raska."
Woopsie...si piku nangis...udah dulu ah...